Step brother.
Marcell, Yudhis, Danu, dan Polisi-polisi sudah berada dirumah kecil tidak layak huni.
Marcell memberi kode kepada anak buahnya untuk berpencar. Polisi-polisi itu sudah menghalangi pintu belakang dan pintu depan.
Marcell, Yudhis, dan Danu mendekati rumah itu dengan mengendap-endap agar pelaku tidak kabur.
Mereka bertiga sudah didepan pintu rumah itu dengan pistol ditangannya.
Pintu itu dibuka kasar dengan kaki Marcell sehingga membuat manusia yang sedang diiket dan mulut ditutup itu berjengit kaget.
Hati Marcell sangat sakit saat melihat orang yang disayangnya diperlakukan tidak baik seperti ini.
Kevin, yang mengaku Adik tiri Marcell itu pun lantas tertawa sarkas saat Marcell menemuinya.
“Hebat juga lo, Bang, bisa nemuin kita. Iya gak, Sayang?” Kevin menyentuh dagu Haekhal dan membuat suara tembakan pistol itu mengudara.
Marcell menarik pelatuk pistolnya dan mengarahkan pistolnya ke langit langit rumah sebagai peringatan.
“Sampai anda berani menyentuh kekasih saya, peluru ini akan membuat jantung anda bolong.”
Kevin tertawa terbahak-bahak karena mendengar ancaman dari Abang tirinya itu.
“Emangnya gue gabisa buat kepala pacar lo ini bolong? Gue juga bisa kali.” Kevin mengeluarkan pistol dari kantung celananya dan menempatkan kepala pistol itu di kepala Haekhal membuat Haekhal memejamkan matanya ketakutan.
Saat pistol itu diarahkan ke kepala Haekhal. Marcell, Yudhis, Danu menodongkan pistol yang dipegang ke Kevin tidak terkecuali polisi-polisi yang ada disana.
“Jatuhkan pistol anda, Kevin.” Danu memperingati Kevin. Kevin yang diperingati hanya tertawa sarkas.
“Apa alasan anda melakukan ini? Saya tidak pernah menyikiti anda bahkan keluarga anda.”
“Lo mau tau alasan gue? Gue diperlakukan tidak adil sama bokap lo, Bang. Gue dipukulin, gue ditampar sama bokap lo. Tapi lo hidupnya enak-enak aja, lo punya pacar gemes kayak bocah ini, lo punya keluarga yang baik. Lo hidupnya baik-baik aja. Jadi gue mau buat hidup lo berantakan, Bang.”
Saat Kevin bicara, ini kesempatan Marcell, ia perlahan mendekati Kevin.
“Sampe lo mendekat, gue tembak kepala pacar lo, Bang.” Kevin sudah ingin menarik pelatuk pistol itu.
Yudhis mengode kepada Marcell agar Marcell diam ditempat.
“Lalu apa mau anda?”
“Mau gue?” Kevin dengan cepat mengarahkan pistol yang dipegang itu kepada Marcell lalu menarik pelatuk pistol itu mengenai perut Marcell.
Marcell tidak jatuh saat peluru itu menusuk perutnya, tetapi ia langsung menembak Kevin tepat di bahunya membuat Kevin jatuh dan memegangi bahunya.
Marcell jatuh, kakinya melemas. Ia sudah tidak mendengar apapun, ia tidak mendengar jeritan Haekhal yang tertahan, ia tidak mendengar teriakan Danu dan Yudhis.
Dengan sisa tenaganya, Marcell kembali menarik pelatuk pistol dan tepat mengenai dada Kevin, membuat Kevin kembali jatuh.
Kevin sudah terjatuh dengan darah yang keluar dari bahu dan perutnya. Kevin tidak sadarkan diri.
Ikatan pada tubuh Haekhal sudah Danu lepaskan. Haekhal berlari menuju Marcell yang sedang diambang kesadaran. Haekhal menggantikan Yudhis yang sedang memegangi perut Marcell untuk menahan darah yang keluar.
Tangan gemetar Marcell meraih tangan Haekhal yang sudah berlumuran darahnya, Marcell tersenyum menatap Haekhal.
“Terimakasih..... Sudah..... Berjuang..... Haekhal....” Itulah kata terakhir Marcell sebelum ia tidak sadarkan diri.
“ABAAAANGGGG.”
Haekhal berteriak memanggil Marcell.
Marcell dibawa oleh petugas kesehatan untuk dibawa ke rumah sakit.
Haekhal masih menangis dengan posisi tidak berubah, ia masih terduduk dengan tangan yang berlumuran darah Marcell.
Yudhis mendekati Haekhal, ia menepuk bahu Haekhal.
“Marcell terluka demi anda. Jangan menangis dan putus asa, Marcell anak yang kuat. Ayo ke rumah sakit dan berdoa untuk Marcell.”
Badan Haekhal bergetar itu akibat dari ketakutannya.
Danu menghampiri Yudhis dan Haekhal.
“Saudara Haekhal? Anda diminta untuk menjadi saksi dikantor polisi. Mari ikut saya kekantor polisi.”
Haekhal perlahan berdiri dibantu oleh polisi disana. Kakinya sangat lemas sehingga ia jalan harus dituntun oleh dua polisi.
© brownieszt