Perbaiki hubungan.
Tak menduga. Setelah sekian lama Dipta mondar-mandir sambil berpikir apakah ia harus pakai lingerie ini untuk menyambut Ian atau tidak. Dengan dada yang berdegup hebat karena Ian sebentar lagi akan sampai, ia mengambil lingerie itu dari atas ranjang lalu dibawanya menuju toilet.
Dipta sudah berganti baju. Lingerie hitam panjang. Yang harganya sangat membuat Dipta jantungan. Dipta terlihat cantik tetapi sungguh ia sangat tidak pede menggunakan ini. Tetapi demi menyenangkan hati suaminya, mengapa tidak?
Dipta terduduk diatas ranjang dengan hiasan bunga-bunga mawar. Sangat mewah. Dipta terduduk dengan perasaan tidak tenang, ia takut jika suaminya tidak suka ia menggunakan ini, ia takut jika suaminya akan menatap aneh dirinya jika menggunakan pakaian ini. Dipta berkali-kali membuka hp nya agar menghilangkan rasa nervous nya.
Ketukan pintu terdengar, degup jantungnya makin kencang. Itu Ian, suaminya.
Dipta menghampiri pintu, membuka pintu. Keduanya saling menatap. Membeku. Keduanya membeku. Ian menatap kagum Dipta. Dipta tersipu.
Bibir Ian menyunggingkan senyum menatap kagum tubuh Dipta yang sangat sempurna apalagi dengan balutan busana sexy berwarna hitam itu. Ian menghampiri Dipta, memeluknya dengan sangat erat. Sudah lama sekali keduanya tidak bertemu dan berpelukan seperti ini.
Dikecupnya berkali-kali pipi Dipta dengan gemas. Ian tentu saja sangat suka dengan lingerie yang terpasang pada tubuh Dipta, apapun yang Dipta kenakan, Ian pasti suka. Ian puji berkali-kali suaminya hingga suaminya itu tersipu, pipinya memerah lucu.
Keduanya sudah terduduk diatas ranjang dengan perasaan masing-masing. Canggung. Karena suasana baru dan keduanya mulai hari ini harus terbiasa dengan suasana baru. Ian mengambil tangan Dipta lalu digenggamnya, dikecupnya dan dielusnya tangan halus itu. Keduanya saling menatap.
“Ian, maaf.” Ucap Dipta. Tiba-tiba saja ia teringat dengan dosa-dosa yang ia perbuat pada suaminya ini. Ia teringat jika ia pernah membuang Ian, menganggap Ian tidak ada, membenci Ian bahkan hingga membuat Ian hampir stress. Napas Dipta tersekat. Dipta meneteskan air matanya.
“Kenapa nangis? Apa yang ditangisin, Sayang? Jangan menangis. Kita di sini untuk bahagia bukan untuk bersedih.” Tangan Ian terulur untuk mengusap pipi basah Dipta. Ian kembali memeluk tubuh Dipta dengan sangat erat, menenangkan perasaan Dipta. Ian tau betul apa yang sedang Dipta rasakan.
Pelukan terlepas. Ian menangkup pipi basah Dipta. Mencuri kecupan singkat dibibir Dipta.
“Kita perbaiki semuanya. Kita mulai semuanya. Bersama-sama. Yang lalu biarlah berlalu, aku sudah memaafkan, Sayang. Jangan terus dipikirkan. Aku enggak apa.”
Ian kembali mengambil tangan Dipta. Mengeluarkan kotak cincin. Ada dua pasang cincin didalamnya. Cincin cantik dengan ukiran inisial keduanya dan tanggal pernikahan keduanya didalamnya.
'G, 220922' untuk cincin Dipta.
'P, 220922' untuk cincin Ian.
“Ian, aku janji akan menggantikan rasa sakit yang pernah aku beri dengan rasa bahagia nanti. Ian, ayo kita perbaiki pernikahan kita.”
“Aku sayang kamu, Ian.” Lanjut Dipta. Membuat Ian tersenyum lebar dan menatap Dipta dengan berkaca-kaca.
“Aku lebih, Dip. I love you so much.”
Setelah saling mengaitkan cincin pada jari manis masing-masing. Ian kembali menangkup pipi Dipta. Kembali mencuri kecupan pada bibir Dipta kini tidak singkat seperti tadi namun kecupan lama yang kian lama kian berubah menjadi lumatan dan hisapan. Keduanya saling berperang lidah hingga kepala keduanya bergerak kekanan dan kekiri.
— tamat.