One day with Meldrick, Harenza & Calio.
Sinar matahari sudah naik bahkan sinarnya sudah memaksa masuk kedalam kamar gelap ini. Harenza merasa matanya silau akibat sinar matahari yang menyinari kamarnya.
Harenza mengucak matanya. Ia buka perlahan matanya yang sangat berat, pandangan matanya langsung menangkap pria yang masih nyaman dengan mata tertutup, tangannya yang terus memeluknya sepanjang waktu. Harenza tersenyum saat melihat Meldrick yang masih terlelap, entah Suaminya itu sedang mimpi apa karena terlihat Suaminya sangat nyaman dengan tidurnya.
Harenza mengecup bibir Meldrick sekilas, lalu tangan besar Meldrick yang bertengger dipinggangnya dengan perlahan Harenza turunkan, ia tidak ingin langsung membangunkan Meldrick, dikarenakan hari ini adalah weekend dan Meldrick tidak ngantor.
Harenza meraih benda pipihnya yang berada diatas nakas, ia mencabut chasannya karena—Harenza adalah tipikal orang yang ngechas handphonenya setiap sebelum tidur, katanya biar pagi bisa penuh baterainya.
Harenza melihat jam pada handphone, ternyata masih jam tujuh pagi.
Untuk mengumpulkan nyawanya, Harenza duduk diranjangnya— tidak melakukan apapun, hanya diam, entah memikirkan apa. Mungkin memikirkan hari ini akan ada apa atau cara mengubah hari ini menjadi hari bahagia.
Harenza sudah selesai dengan perang batinnya, ia berdiri untuk menuju kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Kamarnya cukup luas— bahkan didalam kamarnya ada kamar mandi dan kantor kecil Meldrick.
Harenza masuk kedalam kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi— mandi? Nanti.
Harenza keluar kamar mandi, ia menyalakan lampu kamarnya dan mematikan lampu tidurnya.
Ia biarkan Suaminya yang masih terlelap.
Harenza berjalan keluar kamar menuju kamar Anaknya— untuk mengecek Anaknya sudah bangun atau belum. Ia buka kamar itu dengan pelan, dan melihat bahwa sang buah hati masih terlelap.
Ia mendekati Calio— Anak kecil berusia satu tahun jalan dua tahun. Ia mengecup kening Anaknya dan membiarkan Calio untuk menyelesaikan mimpinya. Tak lupa ia menyalakan lampu kamar Calio yang juga dimatikan sebelumnya dan ia mematikan lampu tidur.
Harenza turun menuju dapur kotor— sebelumnya ia menyalakan semua lampunya yang mati.
Harenza melihat isi kulkas, netranya mengedar mencari bahan makanan didalam kulkas untuk ia masak pagi ini. Tetapi nihil, hanya ada buah dan susu tidak ada sayuran yang tersisa dan itupun hanya tomat dan selada.
Harenza menghela napasnya, ia lupa untuk belanja bulanan.
Ia melihat ada roti diatas meja besar.
Harenza mengangguk-ngangguk, “Sandwich.” Dengan cepat Harenza mengeluarkan tomat dan selada yang berada didalam kulkas.
Harenza mengolah roti yang tersisa itu menjadi sandwich yang sangat nikmat yang bisa menjadi santapannya, Suaminya dan Anaknya pagi ini.
Harenza menghidangkan lima potong sandwich diatas meja makan. Tidak lupa ia juga membuat susu untuknya, Suaminya dan Anaknya. Susu mereka jelas berbeda— susu untuk Harenza adalah susu untuk janinnya sedangkan susu untuk Meldrick adalah susu untuk memperkuat tulang. Sedangkan Calio pun berbeda— susu Calio adalah susu balita.
Semuanya sudah berada dimeja makan. Harenza membuka handphonenya untuk melihat jam, masih jam setengah delapan, berarti Harenza hanya memerlukan waktu setengah jam untuk mempersiapkan hidangan diatas meja.
Ini waktunya Harenza untuk membangunkan Suaminya dan Anaknya. Ia kembali menaiki tangga rumahnya dengan pelan karena terhalang oleh perutnya yang kian membesar dan ia menjadi susah untuk bergerak lebih.
Harenza memasuki kamarnya terlebih dahulu untuk membangunkan Meldrick. Ia melihat Meldrick yang masih terlelap. Harenza mendekati Meldrick, lalu ia mengelus rambut Suaminya dengan lembut untuk membangunkannya.
“Mel, ayo bangun.”
Tapi Meldrick tidak kunjung bangun juga, Harenza sebel karena Meldrick susah sekali dibangunkan. Dengan kejahilannya Harenza mencubit hidung Meldrick sehingga Meldrick tidak dapat bernapas. Dengan cepat Meldrick langsung terbangun, kalau kayak gini baru berhasil.
Harenza tertawa terbahak-bahak melihat wajah kaget Meldrick, sungguh sangat lucu.
“Nyebelin banget ya!”