kiss me more
Meldrick lelah karena hari ini ia disibukan oleh menjaga Kakak dikarenakan ia tidak mau Suaminya yang sedang hamil kecapekan.
Meldrick keluar dari kamar Calio dengan pelan agar tidak membangunkan anaknya yang sudah terlelap. Meldrick menutup pintu itu dengan pelan sehingga tidak ada suara pada saat ia menutupnya.
Meldrick turun menuju ruang makan, ia membuka kulkas dan mengambil soda kaleng untuk diteguknya. Kepalanya sangat pening karena ia belum istirahat sama sekali.
Harenza yang melihat sang suami sedang melamun dan minum soda itu pun lantas menghampiri. Ia menepuk pundak Meldrick dengan pelan sehingga membuat Meldrick mendongak menatap Suami manisnya.
“Capek?”
“Kenapa Sayang? Mau apa? Laper?”
Harenza menggeleng, ia menarik kursi makan itu lalu ia duduk disebelah Meldrick. Tangannya bekerja untuk mengelus kepala Meldrick.
“Capek banget, ya? Kakak hari ini rewel banget. Lusa Mbak udah pulang kok.” Harenza mengelus pipi Meldrick lalu ia memijat tangan kekar Suaminya itu dengan pelan.
“Ini yang lo rasain setiap hari ya, Za?” Harenza tersenyum.
“Enggak, Mel, kan gue setiap hari dibantu sama Mbak. Sini-sini.” Harenza merentangkan tangannya—seakan menyuruh Suaminya itu untuk merengkuhnya.
Meldrick merengkuh tubuh Harenza lalu mengangkatnya dan memindahkan Harenza untuk duduk dipangkuannya.
Harenza terkekeh karena Meldrick yang sudah kesusahan mengangkat dirinya.
“Ada dua bayi diperut gue, Mel.”
Meldrick mengusap perut Harenza dengan lembut.
“Aduh dasar Bayi kenapa ada diperut Yayah.”
“Kan dari lo!”
Meldrick tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Harenza.
Harenza menyimpan kepalanya didada bidang Meldrick, ia mendengarkan suara detak jantung Suaminya yang beraturan.
“Makasih ya, Mel. Hari ini lo hebat karena udah jagain Kakak, maaf ya gue gabisa bantuin, gatau kenapa hari ini gue ngerasa capek banget padahal gak ngapa-ngapain. Makasih karena udah mau ngeladenin gue sama Kakak. You're best Man and best Dad. I love you so much.” Harenza mengecup bibir Suaminya itu dengan sekilas lalu ia kembali memandangi Suaminya itu.
“I love you more, Za. I love you more than anything.”
Harenza yang mendengarnya terkekeh pelan, sangat keju sekali jika didengar.
“Sini deh gue cium biar capeknya hilang.”
“Dikamar aja gimana?”
“Gamau! Masih sore, Mel, ntar Kakak bangun loh.”
“Maksud gue biar bisa tiduran. Emang lo pikir apa?” Meldrick mencubit hidung Harenza gemas.
“Diem, gue malu anjir.”
Meldrick menangkup pipi Harenza lalu mengecup bibir mungil dan merah itu. Dilumatnya bibir itu dengan lembut sehingga membuat Harenza memejamkan matanya menikmati lumatan yang diberi oleh Suaminya.
Meldrick dengan sengaja menggigit bibir bawah Harenza sehingga membuat Harenza meremat baju Meldrick dengan kencang.
Keduanya saling berperang lidah sehingga air liur itu menetes.
Nafas Harenza habis ia menepuk dada Meldrick dengan pelan. Ciumannya telah terlepas.
Harenza meraup nafas dengan rakus sehingga membuat Meldrick yang melihatnya tersenyum gemas.
“Udah belum napasnya?”
Harenza mengangguk.
Meldrick memegang bibir Harenza lalu menjepitnya dengan kedua jarinya sehingga membuat bibir Harenza terbuka seperti ikan. Meldrick memasukan lidahnya kedalam mulut Harenza lalu mengabsen semua gigi Harenza dan lidahnya mengajak lidah Harenza untuk berperang.
Lidah Meldrick menjilat bibir Harenza yang sudah mulai membengkak karena ulahnya. Ia kembali mengecup bibir itu berkali-kali.
“Cantik. Lo cantik, Za, lo ngerti gak sih kalau lo itu cantik banget?” Wajah Harenza memerah saat mendengar perkataan Suaminya.
“Malu, Mel, udah tua.”
“Siapa bilang, lo itu tetep cantik gak peduli mau umur seberapapun.”
Harenza menyembunyikan wajahnya didada bidang Meldrick, ia sesekali mendusal pada dada Meldrick seperti kucing. Meldrick mengusap rambut Harenza.
“Ayo naik kita bobo.”
“Buat mie dulu, Mel, laper.”
Meldrick menepuk jidatnya.
— fin.
Written by brownieszt