💐
Disinilah; Gereja, yang menyatukan Marcell dan Haekhal menjadi satu asa. Haekhal sejak tadi menyeka air matanya yang tak sengaja jatuh, hatinya sangat lega tapi mengapa air matanya terus menetes. Ia sejak tadi melamun menatapi calon suaminya yang sedang bicara dengan pastor.
Ada tangan yang mengelus bahu lebar Haekhal yang rapuh, saat Haekhal menengok sosok itu tersenyum.
“Senyum dong senyum, masa nangis terus sih.” Haekhal kembali menangis saat mendengar tuturan dari teman masa kecil dengan jarak umur diatas empat tahun itu.
Harenza terkekeh melihat Haekhal menangis dengan tersedu-sedu, ia langsung memeluk teman, sahabat serta adeknya itu, tangannya memukul-mukul punggung besar Haekhal dengan pelan bertujuan untuk menguatkan tubuh Haekhal.
“Udah ah, malu anjir nangis-nangis gini. Sebentar lagi dipanggil, sana siapin diri lagi.”
“Kak, gue gak nyangka bisa disini—gue gak nyangka sebentar lagi jadi suami dari Inspektur Marcello Artarendra, gue gak nyangka banget Kak, asli.” Harenza tersenyum lalu mengangguk, senyumannya itu membuat hati Haekhal teduh sangat menenangkan saat melihat senyuman dari Harenza.
“Lo hebat, Khal. Lo hebat, kalian hebat bisa sampai posisi ini, itu namanya hebat banget, kalian berhasil. Udahan, ya, udahan berjuangnya, sekarang waktunya menikmati hasil dari perjuangan kalian. Gue ngerti banget perasaan lo, Khal.” Tangannya kembali menepuk bahu lebar Haekhal.
“Sana kebelakang, make up lo luntur noh, minta dibenerin dikit aja.” Harenza mendorong tubuh Haekhal.
“Thank you ya, Kak.”
Ucapan terimakasih itu hanya dihadiahi jempolan dan kekehan dari Harenza.
Genggaman tangan dari sang Ayah sangat kuat tetapi Haekhal tau betul tangan dari Ayahnya itu bergetar menahan sesak.
Ayah mengantarkan Haekhal menuju calon suaminya, sesak menyerang dadanya, tangannya bergetar, jika ditanya apakah Ayah rela atau tidak? Pasti dengan lantang Ayah akan menjawab rela! Karena Ayah tau kebahagiaan anaknya.
Saat keduanya sudah sampai didepan Marcell dan Pastor, Ayah menyerahkan genggaman tangan Haekhal kepada Marcell. Ayah tersenyum menatap anak dan calon menantunya.
“Tugas Ayah sudah selesai, tolong jaga anak Ayah baik-baik ya, Mas.” Sebelum Ayah berbalik, Ayah mengucapkan itu kepada Marcell, tangannya menepuk bahu besar dan kuat milik Marcell, tepukan itu mampu membuat Marcell berdiri kuat.
“Iya Ayah, terimakasih, ya, sudah percaya sama saya.”
Ayah mengangguk, lalu membalikkan badannya, berjalan menjauh dari anak dan calon suaminya.
Keduanya mengucapkan janji sehidup semati dengan saksi manusia yang sedang berdiri diantara keduanya dengan jas warna putih bersih.
“Je déclare par la présente que Marcello Artarendra et Haekhal Ardiyaksa sont officiellement devenus mari et femme, félicitations à vous deux, que le bonheur soit toujours avec vous. Que Dieu vous bénisse tous.” Ucap sang Pastor dengan lantang, membuat keduanya merasakan kebahagiaan yang membuncah.
(Translate: Dengan ini saya menyatakan bahwa Marcello Artarendra dan Haekhal Ardiyaksa telah resmi menjadi pasangan suami, selamat untuk kalian berdua, semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian. Tuhan memberkati kalian semua.)
“Haekhal, we did it.” Marcell merengkuh tubuh Haekhal dengan sangat erat. Dilanjut dengan kecupan bibir sekilas pada dua insan yang berbahagia pada hari ini, yang menandakan keduanya sudah bersatu dalam satu ikatan.
“Abang, Je vous aime.” Haekhal mendongak lalu tersenyum menatap Marcell yang hari ini sudah resmi menjadi pasangan sehidup sematinya.
“Je vous aime aussie.”
Hari ini di hari Rabu tanggal 22 bulan Juni tahun 2022, Prancis menjadi saksi bisu kisah cinta mereka dimulai dari awal kembali.
Written by brownieszt.