Ayah, selamat jalan.

Setelah membaca pesan dari sang Abang, kaki Haekhal seperti tidak dapat merasakan apapun, melemas, ia terduduk dikursi dekatnya dengan air mata yang berderai, dada yang bergemuruh.

Marcell mengambil handphone Haekhal, lalu ia mengambil alih pesan Haekhal pada sang Abang.

Marcell memeluk tubuh rapuh Haekhal, ia menepuk punggung Haekhal dengan lembut.

“Ayah pasti tidak akan kenapa-napa, percaya sama saya. Sayang, hei, jangan gini, ayo berdiri dulu. Kita harus cepat-cepat kerumah sakit.”

“Ayah, Bang... Ayah sakit... Aku gak mau kehilangan Ayah...”

“Kamu tidak akan kehilangan Ayah, ayo kita bertemu Ayah.”

Marcell membopong tubuh Haekhal yang sudah tidak dapat berjalan dengan biasa karena kakinya sangat lemas.


Keduanya sudah sampai rumah sakit, bahkan saat ini keduanya sudah masuk dalam kamar inap Ayah. Haekhal perlahan mendekati sang Ayah yang rebahan diatas ranjang, Ayah tetap tersenyum walau ditubuhnya banyak sekali jarum yang menusuk.

“Ayah... Tidak apa-apa...” Ucapan dari sang Ayah sama sekali tidak membuat hati Haekhal tenang melainkan hatinya semakin terluka saat mendengar ucapan itu.

Haekhal menggengam tangan yang tidak lagi bisa dibilang mulus, tangan yang perlahan dimakan oleh waktu. Haekhal mengenggam tangan keriput dan dingin milik Ayah.

“Adek disini, Yah, Adek disini nemenin Ayah, Ayah jangan kemana-mana, ya, disini aja.”

Ayah tersenyum saat mendengar tuturan dari anak sambungnya itu. Ayah menatapi kedua anaknya yang sangat ia sayangi dan ia ingin jaga selamanya.

“Anak Ayah sekarang sudah punya pendamping hidup masing-masing, ya. Ayah merasa kalian pasti sudah tidak membutuhkan Ayah. Abang sudah mempunyai wanita cantik yang akan menemani Abang, yang akan menjadi tempat pulang Abang dan sebentar lagi Abang mempunyai anak kecil yang sangat menggemaskan.”

Tangan Ayah terulur mengusap pipi Bang Galang. Senyumnya tidak runtuh dari tadi.

“Adek..” Pandangan Ayah beralih pada Haekhal.

“Jangan ucapin itu, Yah, Adek mohon.”

Ayah terkekeh sejenak, “Anak Ayah ternyata sudah besar, ya, sudah tidak bandel lagi, sekarang sudah dewasa bahkan sudah menikah. Adek kuatin lagi, ya, bahunya. Ayah tidak akan pernah pergi, Ayah selalu berada dihati kalian.”

Tubuh Ayah dipeluki oleh dua buah hatinya yang sudah ia rawat sejak kecil. Bang Galang berada disebelah kiri Ayah sedangkan Haekhal berada disebelah kanan Ayah.

Ayah memejamkan mata, air matanya menetes saat ia memejamkan matanya. Ayah merasakan hangat dalam pelukan kedua anaknya.